Langkah Pertama

Bismillah…

Senin 18 Juli 2016 merupakan salah satu hari yang mungkin akan saya catat sebagai hari penting dalam hidup saya –sebagai seorang mamah-. Hari pertama Mba Khansa sekolah. Sekolah Taman Kanak-Kanak kelas A, TK nol kecil kalau bahasa jadulnya. 

Jauh hari sebelum hari itu tiba, perasaan saya ngga jelas. Berbeda dengan Mba Khansa yang semangat, tidak sabar ingin segera sampai di hari itu, saya malah mellow2 sendiri. Senang sih, tapi kok ya sedih. Sedih, tapi kok ya ngga sabar ingin beli ini itu perlengkapan sekolahnya 😀 
Kenapa sih sedih?? 

Ah pasti sudah bisa ditebak. Iya, karena ego saya sebagai seorang mamah yang di rumah, ngga rela rasanya si balita kesayangan cepat besar. Sejak lahir, 24 jam sama2, 7 hari dalam seminggu. Sekarang, harus merelakan 3 jam berpisah. 

Tanggal 18-20 Juli dihitung sebagai masa adaptasi sekolah. Jam belajar belum full, hanya 1.5 jam saja dan hanya diisi kegiatan senang2. 

Diawali berbaris di lapangan berdasarkan kelas masing2, perkenalan kepala sekolah dan dewan (bunda) guru, berdoa dan bernyanyi. Semua kelas berpartisipasi dalam kegiatan ini. Di hari pertamanya Mba Khansa agak merengek minta mamah ikut baris. Jadilah saya salah satu mamah2 yang ikut berbaris cantik di lapangan :D. Alhamdulillah ayahnya sudah mengajukan izin sebelumnya untuk mengantar anak hari pertama sekolah, jadi saya tak perlu kerepotan masalah si bayi 2 tahun (baca: Dede Raras 😉 ).

Selanjutnya semua anak semua kelas berpindah lokasi ke ruang aula. Alhamdulillaaaah walau melewati negosiasi yang cukup alot antara saya dan si Mba, dia bersedia masuk ruang aula tanpa saya buntuti –mamah terharu-. Sempat 2-3 kali saya mengintip ke ruang aula, nyempil diantara kerumunan ortu2 lain yang juga mengintip, ternyata sedang menonton dvd kartun syamil diikuti (ceritanya mah) diskusi yang dipimpin salah satu bunda guru tentang pesan moral apa yang terkandung di cerita yang mereka baru saja saksikan. 

Selesai kegiatan di aula, semua berpindah lokasi ke kelas masing2. Sebelum bubar dari aula, para ortu yang ngintip2 tadi diminta untuk turun ke lantai 1, supaya si anak tidak berubah mood kemudian minta kabur ketika lihat ortunya. 

Ketika Mba Khansa di kelas, saya sempat satu kali menunggu di depan kelasnya. Mamah kepo anaknya ngapain, hehe. Ternyata memang benar belum mulai pembelajaran, mereka hanya bermain bersama, ada satu box besar mainan yang mereka bongkar bersama. Sang bunda sedang luar biasa sibuk menenangkan dua anak laki-laki yang nuangisss, salah satunya bahkan menendang2 pintu kelas dari dalam. Ya Allah… terimakasih atas kemudahan yang Engkau berikan. –astagfirullahaladzim seketika mamah merasa berdosa dan sangat bodoh sempat agak bete ketika Mba minta ditemani saat baris di lapangan-

Alhamdulillah hari pertama sekolahnya dilalui dengan mudah, pun hari2 berikutnya hingga hari ini. 
Yang membuat seru perjalanan saya mengantar dan menunggu Mba Khansa sekolah adalah kehadiran si bayi 2 tahun kesayangan yang setia menemani. 

Iya, Dede Raras ikut, setiap hari. Resiko di rumah tanpa ART, dan saya pun memang tidak pernah igin meninggalkan anak hanya dengan ART saja di rumah. Mamah paranoidan. Si bayi seringnya lebih bersemangat di rutinitas pagi dibandingkan Mbanya yang sekolah. Sering dia lebih dulu selesai mandi dan sarapan dari si Mba, alhamdulillah kebaikannya itu kemudian jadi dorongan untuk Mbanya. 

Naik apa ke sekolah??

Naik motor dooonk 😉 mamah sudah bisa bawa motor, sampai pos satpam perumahan. Heheheheheee… Ke sekolah dilanjutkan dengan ngangkot. Pun sebaliknya ketika pulang, angkot dilanjutkan dengan motor. 

Pada awalnya saya membayangkan keribetan yang sangat ketika tau kami harus ngangkot. Ayahnya belum mengizinkan saya membawa motor ke jalan besar karena baru hitungan bulan belajar motor –lagian belum punya SIM mah!!!-. 

Bukan hanya soal SIM, keamanan anak2 selama perjalanan di motor yang menjadi alasan utama saya masih mengangkot. Saya memasang tiga, eh dua target (yang satu dikubur dulu sehubungan kendala dompet) sebelum saya full antar jemput Mba Khansa menggunakan motor. 

1. Punya SIM, yang entah kapan saya bisa lulus kalau ujian SIM ; D

2. Beli kursi bonceng BELAKANG untuk si Mba, alhamdulillah sudah punya ♡♡♡. InsyaAllah saya buat cerita di postingan lain ya. 

3. (Yang saya kubur) beli kursi bonceng DEPAN untuk Dede Raras. Dikarenakan kondisi dompet yang lagi lengket, ngga bisa dibuka saking tipisnya, yang ini sementara disubstitusi oleh gendongan hanaroo. Alhamdulillah selama seminggu ini yang saya rasakan nyaman saja dengan Dede digendong nemplok dada dengan hanaroo. 
Inilah sedikit cerita tentang langkah pertama Mba Khansa menempuh kewajibannya sebagai hamba Allah untuk menuntut ilmu. Cerita langkah pertama saya sebagai seorang ibu dalam mendukung anaknya menuntut ilmu. Cerita Dede Raras sebagai seorang tim horeeeee 😀
Alhamdulillah 


-febrinayw-

Posted in Uncategorized | 2 Comments

Betah Banget Sih di Solo?

Hari ini tepat 2 pekan saya berada di Solo, di Makamhaji, Kartasura tepatnya. Di rumah orangtua suami saya, kakek neneknya mba Khansa dan dede Raras.

Dua pekan lalu, hari Rabu, kami berangkat agak mendadak sehubungan dengan ayahnya yang dapat tugas dinas luar kota dari kantor. Ketika sore sebelumnya ayahnya menelepon saya menanyakan “Besok ke Solo siap ngga?” saya menjawab “Kalau berangkatnya ngga pagi insyaAllah siap”. Tujuan dinasnya sih ke Ngawi dan Madiun, Jawa Timur, tapi karena entah kapan lagi ayahnya dapat dinas ke daerah “Jawa” jadilah kami berangkat sekeluarga menuju kakek neneknya anak-anak.

Mba Khansa terlihat sangat antusias ketika saya beritahu “Besok kita ke Solo”.
Ketika ayahnya pulang kerja, langsung lah diberondong pertanyaan dan kegembiraan “Ayah besok kita ke Solo?”, “Kita naik apa yah?”, “Ayah, mba Khansa nanti pengen naik sepeda lampu ya”, “Ayah, mba Khansa mau mandi bola sama de Syifa ya” (saudara sepupunya), dan bla bla bla bla… 🙂
Saya dan ayahnya tertawa ketika dia sedikit kecewa saat tau bahwa kami berangkat naik kereta, “Yaaa… ngga dapat permen & boneka garuda donk”. Hahahaaa… Nak,nak, kamu belum ngerti ya kalau Ayah dan Mamah belum mampu beli 4 tiket pesawat maskapai itu kecuali dengan menukar poinnya Ayah :D.

Sejak Selasa malam saya sudah mulai memilah pakaian mana saja yang akan dibawa. Rabu siang barulah memasukannya ke tiga tas (1 tas pakaian saya dan ayahnya, 1 tas mba, 1 tas dede) yang pada akhirnya saya padatkan semuanya dalam 2 tas saja :D. Maklum perginya bawa dua bocah, sebisa mungkin meminimalkan barang bawaan.

Rabu pagi ketika ayahnya hendak berangkat ke kantor untuk mengambil kelengkapan dinas, mba Khansa menangis, dia ingin segera berangkat, dia takut ayahnya berangkat duluan :D. -Nak, mamah belum bisa nak pergi jauh hanya bertiga dengan kamu dan dede. Gimana nanti kalau di kereta kamu pengen ke toilet atau dede yang pup?!-       
Seharian itu mba Khansa teruuus saja mengoceh tentang Solo. Dia bercerita ke saya, ke dede Raras, bahkan ke teman-temannya. Teman-temannya hanya iya iya saja mendengarkan kemudian menanyakan pada saya apa benar mba Khansa mau ke Solo 😀

Rabu siang ayahnya sudah kembali dari kantor. Saya sudah selesai packing pakaian. Kereta kami berangkat pukul 22:00 wib. Kami berempat  beristirahat, tidur siang berjamaah.
Selesai solat magrib kami bergegas berangkat, karena tiba-tiba saja suara petir menggelegar berulang-ulang. Saya ingat ketika hendak berangkat mba Khansa bilang “Nenek pasti senang” (kami datang), terharu saya :’).

Saya sengaja tidak memberi kabar kami akan datang, karena kereta kami malam hari dan jadwal tiba di Stasiun Balapan pagi hari besoknya. Kasihan mamak (panggilan untuk ibu kami) nanti tidak bisa tidur, kalaupun tidur pasti tidurnya tidak akan nyenyak bolak balik lihat jam. Biasanya saya kasih kabar saat kereta kami sudah sampai stasiun Yogyakarta, lumayan ada waktu 1 jam lebih untuk mamak menyiapkan sarapan, heheheee… ngelunjak!

Kamis pagi 28 April 2016 kami tiba di Solo, alhamdulillah. Seperti biasa, ketika sampai di rumah kakek neneknya, anak-anak tidak ada rasa lelah sama sekali, langsung semangat lari sana sini.
Mereka alhamdulillah ceria, dekat dengan kakek neneknya walau jarang bertemu, mba Khansa tidak ada sama sekali menanyakan kapan pulang, bahkan sering bilang “mba Khansa senang di Solo”. Kesenangannya masih berlanjut hingga hari ini, insyaAllah sampai pulang ke Bogor lusa nanti.

Sampai di sini dulu ya prolog tulisan terbaru saya. Iya, PROLOG. Karena hal utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan kali ini sebenarnya adalah untuk menjawab pertanyaan yang biasa saya dapatkan jika saya liburan lama di Solo.

“Betah banget di Solo?”   

-febrinayw-

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Serupa Tapi Tak Sama

Bismillah…

Hmmmm… mencoba menulis kembali, bahkan untuk menulis kalimat ini pun butuh beberapa detik untuk memulai :D.
Agak menyesal terlalu lama meninggalkan blog ini, banyaaaaak sekali cerita yang tidak tertuliskan :(. Selama ini saya banyak menuliskan cerita lewat status-status (yang tidak singkat untuk sebuah status) fb. Mulai saat ini semogaaaa bisa lebih rajin menulis di sini, aammiin.

Cerita kali ini diinspirasi oleh putri ke-2 saya (hehe… 3 tahun berlalu sejak postingan terakhir tau-tau sudah anak 2 aja). Namanya Sayyida Nadhifa Rarasati Rochmadi, panggil saja Raras :). Raras ini, secara fisik sih mirip dengan mbanya, mba Khansa, walau lebih mirippp lagi dengan saudara sepupunya, hahaha… . Tapi, tak sama!.

Kejadian terbaru yang membuat saya gemes-gemes kesel kemudian cuma bisa diam dan telepon ayahnya untuk ngedumel terjadi dua malam yang lalu.
Malam itu kami bertiga sudah di kamar, harapan saya mereka segera tidur karena saya ngantuk berat. Kenyataan tak sesuai harapan ketika ternyata mereka masih melek aja dan bercanda berdua. Baiklah saya menyerah dulu saja, biarkan mereka main berdua, saya rebahan saja. Tiba-tiba saya mendengar suara ‘kecrotan’ air kena lantai… ternyata… si bayi yang mau 2 tahun ini kecrot-kecrotin hair lotion ke lantai. “KECAP” katanya. Oke, main masak-masakan ternyata. Ditambah tisu basah berlembar-berlembaaaar di lantai. Mba khansa yang mendengar saya menarik nafas dan beristigfar langsung mengerti bahwa mamahnya kehabisan energi, dia sedikit menyingkir dari TKP.

“De, mpun (sampun, sudah) ya nak ya, ditutup itu hair lotionnya, nanti habis ngga punya lagi” – alhamdulillah dia tutup yang 2 detik kemudian kembali beralih ke tisu basah, berlembar-lembar sekali tarik.
“De, mpun nak, itu tisu basah nenek. Itu kan sudah banyak di lantai”.
“Iya de, jangan banyak-banyak itu punya nenek, dede kan sudah ambil banyak” mba Khansa angkat suara membantu saya dan menyelamatkan tisu basah yang tersisa di wadahnya.

Namanya juga Raras, kemudian dia buka lagi hair lotion, saya sudah pasrah, di luar dugaan, dia kecrot sekuat tenaga sampai hanya udara yang keluar dari botol.
“Pey” katanya, lalu dia ngepel genangan hair lotion dengan tisu basahnya.

Ada kejadian lain yang membuat kakeknya spontan beristigfar dengan lantang sambil kedua tangannya memegang kepala, hehe… dan masih banyak kisah lain yang menggambarkan betapa berbedanya Raras dengan mbanya.

Terkadang ketika sudah terlalu lelah, saya hanya bisa menangis sambil terus berzikir Tak jarang pula saya kalah oleh emosi (iya, emosi!). Bahkan cukup sering saya menyalahkan diri sendiri, merasa gagal ‘mendidik’ Raras (ampun maaah, dede belum ada 2 tahun mah :D). Padahal saya tau usia Raras memang masanya bereksplorasi ‘berlebihan’, tapi ketika lelah melanda entah hilang kemana pemahaman saya itu.

Pada akhirnya, yang mengembalikan kewarasan saya adalah pikiran positif. Ketidaksamaan Raras dengan mbanya yang kalem, anteng, bisa diajak kerjasama, bisa diajak bersepakat, pastilah punya sisi positifnya tersendiri.
InsyaAllah, tangannya yang usil itu menunjukkan rasa ingin taunya yang BESAR, motoriknya yang terasah. Tinggal tugas saya sebagai mamahnya yang setiap hari mendampinginya, membantu dia dalam memanajemen emosinya (padahal mah mamahnya juga masih harus buanyakkkk belajar). Kita belajar sama-sama ya De.

Terimakasih juga untuk ayahnya anak-anak yang luar biasa sabar menghadapi saya si mamah muda nan labil ini.

Dan, kebersyukuran terbesar saya adalah karena Allah masih mau memberikan petunjukNya pada saya untuk BERSYUKUR.

Serupa tapi tak sama. Mba Khansa dan Dede Raras, dua perempuan kecil yang keluar dari rahim yang sama, yang saling melengkapi dalam ketidaksamaan. Cintanya mamah, sayangnya mamah.

-febrinayw-

image

Posted in Uncategorized | 4 Comments

Kejutan Cerdas dari Si Peminum ASI

Sebulan atau dua bulan terakhir ini, di televisi dan di media sosial seperti facebook sedang ramai lomba menulis cerita tentang kejutan cerdas si kecil. Sebagai ibu muda, saya cukup banyak me-like fanpage halaman-halaman atau memfollow (bahasa di dunia twtitter) akun-akun yang isinya memposting artikel-artikel parenting, karenanya saya tau tentang lomba tersebut. Lomba ini diadakan oleh salah satu merk susu formula terkenal di Indonesia. Hadiahnya beragam, mulai dari gadget, tabungan pendidikan, hingga menjadi bintang iklan produk sponsor.

TABUNGAN PENDIDIKAN, namanya ibu-ibu, mata saya terbelalak saya membaca hadiah yang satu ini. Semangat saya membara harus coba ikut andil di lomba ini, mana tau hadiah itu rezeki untuk Khansa. Kemudian saya cari informasi tentang perlombaan ini dengan membuka situs resminya. Setelah membaca syarat dan ketentuan lomba, betapa dropnya semangat saya ketika sampai pada kalimat “Kontes terbuka bagi Ibu yang memiliki anak usia 1-6 tahun yang mengkonsumsi (merk sponsor)”.

Khansa, putri saya, berusia 17 bulan di bulan Mei ini. Sejak Khansa lahir, saya sudah berkomitmen untuk dapat memberikan ASI ekslusif dan alhamdulillah, betapa bersyukurnya saya karena masih dapat memberikan ASI hingga usia Khansa saat ini, semoga terus sampai 2 tahun. Berdasar dari kekecewaan saya tidak bisa mengikuti lomba tersebut dan juga kekecewaan terhadap pemahaman yang umum di negara kita ini bahwa susu formula bisa membuat anak pintar/cerdas/gemuk/sehat, akhirnya saya membuat tulisan ini.

Khansa, balita yang akan menginjak usia 17 bulan, pernah mengejutkan saya dan seisi rumah dengan kecerdasan yang ‘dipertontokannya’ dengan tiba-tiba suatu hari. Saat itu berkumandang azan magrib di masjid dekat rumah. Khansa yang tadinya sedang bermain boneka tiba-tiba melepaskan bonekanya dan berjalan menuju kamar, tak lama berselang dia memanggil saya “Maaah” katanya, saya pun mengikutinya. Betapa terkejutnya saya ketika masuk ke dalam kamar dan mendapati putri cantik saya sudah meletakkan sajadah saya di lantai, dengan peletakkan seadanya 🙂 , dan memegang mukena saya kemudian memberikannya pada saya. Sontak saja saya berkata “Subhanallah, pinternya anak mama, mamanya disuruh awoh (bahasa Sunda dari shalat untuk anak kecil) ya sudah azan ya”, dan kakek neneknya pun dibuat kagum oleh kecerdasan baru cucu mereka.

Contoh kecil lain baru saja terjadi kemarin siang. Dari televisi terdengar lagu dari band luar negeri yang menjadi ringtone HP ayah Khansa. Dan spontan saja Khansa meletakkan telapak tanganya di telinga dan bicara “Yah”, kemudian dia menatap saya lalu menunjuk ke arah televisi dan bilang “Ay-yah”, mungkin maksudnya ‘itu suara HP ayah, Ma’. Masih banyak sebenarnya kejutan-kejutan menakjubkan dari putri kecil saya, tetapi dua contoh kecil di atas sudah cukup mewakili kebahagiaan dan kebanggaan saya sebagai seorang ibu muda, ibu baru, dan ibu rumah tangga yang sepanjang hari menemani putrinya.

Tulisan ini saya buat sama sekali bukan bermaksud menyerang prosuden susu formula ataupun para ibu dan orangtua yang memberi buah hatinya tambahan susu formula. Jujur saja, sampai sekarang mama saya pun masih sering menyuruh saya untuk membelikan Khansa susu formula dengan alasan kan sudah besar, ASI pun semakin lama semakin berkurang. Tulisan ini saya buat untuk memberikan contoh bahwa bayi/balita ASI juga mampu dan tidak kalah dalam memberikan kejutan-kejutan cerdas yang membanggakan orangtuanya. Dan saya, insyaAllah akan terus berusaha semampu saya untuk tetap memberikan ASI pada putri saya, bagaimanapun ASI adalah anugerah dan pemberian Tuhan, dan menyusui adalah bentuk rasa syukur saya akan pemberian berharga tersebut.

Terimakasih yang tak terhingga kepada putri cantik saya Khansa Inaya Cetta Rochmadi, yang setia menemani hari-hari saya dan mengobati kelelahan saya setelah mengerjakan berbagai pekerjaan rumah dengan kejutan-kejutan cerdasnya. I love you, Mama sayang Mba Khansa 🙂 .

Gambar

Posted in Uncategorized | 7 Comments

tulisan tulus dari kekasih untuk kekasihnya

Saat malam datang aku cuman berharap untuk datang pagi

Saat sang surya menyapa aku tak pernah melihat cahayanya

Saat sang bayu menyapa dengan jalannya yang sepoi-sepoi, tak pernah sedetikpun dia melihatku

Hanya ada rawa sebagai tempat pijakan ku

Aku pernah bermimpi untuk mengenggam mentari, dan akan kuremas sampai hancur

Aku pernah berharap untuk menjerat sang bayu, dan akan ku ciumi dia dengan puasnya

Akan ku jatuhkan gunung-gunung, dan aku akan akan meloncat-loncat di punggungnya

Dan sampai pada suatu saat aku berfikir bahwa semua itu tak akan pernah bisa aku lakukan

Untuk memegang bara pun sudah terlalu panas,untuk memegang daun yang jatuh pun aku tak mampu dan untuk memindahkan kerikil pun aku tak kuat

Hanya kegelapan dan kehampaan yang ku dapat

Sampai suatu hari kutemukan seekor merpati putih yang hinggap di pundakku

Lalu dia berkata dengan lantangnya”aku akan menemanimu kemanapun kamu pergi dan aku akan lakukan segalanya untuk dapat bersamamu”

Saat itu aku hanya tersenyum dan berkata dalam hati…”apa yang bisa kau perbuat untukku, bahkan untuk mengangkat seekor kutu pun kau tak bisa”

Malam itu aku melihat dia mematuk kerikil dan meletakkannya di hadapanku satu-demi satu

Sampai pagi hari aku melihat dia masih melakukan hal yang sama dan kerikil itu sudah menjadi tumpukan

Lalu dia berkata”aku bisa buatkan gunung untukmu……….”

Hanya mata yang dapat berbicara, dan hati yang bisa merasakan dan jantung yang berdetak sesuai iramanya

Aku akan pegang sang surya, aku akan tangkap sang bayu dan aku akan rangkul gunung-gunung

Tapi, semua itu hanya bisa kulakukan kalau merpati putihku selalu ada di sisiku

Kau jadikan apiku sedingin es, kau jadikan bayuku sekeras batu dan kau jadikan gunungku sekecil debu

Terimakasih kau mau menemaniku,

Walaupun tanganku tak memegang apapun, walupun kakiku tak pernah beralas dan tubuhku hanya diselimuti kulit

 

 

Sebuah coretan untuk kekasihku…….

Trimakasih untuk semua yang kau berikan …..dan tak ada yang bisa kuberikan kecuali hanya cinta…..

 

tulisan pertama dari mas untuk saya. kacau ya bahasanya? begitulah mas 🙂

harap maklum, dia terlalu cinta pada bahasa ibunya (bukan ibu kandung), sehingga ‘lupa’ belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar 😉

 

judul di atas mungkin terlihat lebay. tapi itulah yang saya rasakan saat pertama kali membacanya. jadi jangan protes ya 😉

Posted in KAMI | Leave a comment

say ALHAMDULILLAH

ALHAMDULILLAH, segala puji bagi Allah…

kalimat itu seringnya kita ucapkan saat kita SADAR telah mendapatkan sesuatu, entah itu yang kita idamkan atau yang tiba2 saja muncul, sesuatu yang berbentuk, berwujud, dan dapat kita lihat.

sadarkah? sadarkah begitu banyak hal yang mungkin tidak kita sadari bahwa sebenarnya di sanalah nikmat sejati yang kita miliki? sayangnya, sering kita TIDAK SADAR dengan hal itu…

teman, mari kita bersyukur dengan mengucap ALHAMDULILLAH. bersyukurlah jika kita MASIH BISA, MAU, DAN MAMPU mendengarkan adzan, panggilan sholat. taukah teman? betapa sedih jika menyaksikan saudara kita yang sungguh tidak peduli dengan lantunan tersebut. hati mereka sama sekali tidak tergerak untuk menghentikan tertawaannya, mematikan atau minimal mengecilkan volume tvnya, volume pemutar musiknya, dan bahkan tetap asyik bernyanyi mengikuti alunan nada-nada dari pemutar musiknya. maka bersyukurlah jika kita masih bisa merasakan getaran adzan 🙂

teman, mari kita bersyukur dengan mengucap ALHAMDULILLAH. bersyukurlah jika kita MASIH BISA, MAU, DAN MAMPU mengucapkan kalimat tahmid saat kita bersin. taukah teman bahwa bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh (http://www.kaunee.com/index.php?option=com_content&view=article&id=338:bersin-dan-menguap&catid=94:islam-dan-science&Itemid=131).  maka bersyukurlah jika mulut kita masih mampu dengan spontan mengucap tahmid saat bersin 🙂

teman, mari kita bersyukur dengan mengucap ALHAMDULILLAH. bersyukurlah jika kita masih BISA, MAU, DAN MAMPU menghormati orang lain yang sedang beribadah. taukah teman? betapa tidak nikmat beribadah dengan suara gaduh di sana-sini. hormatilah orang lain jika kita ingin dihormati. maka bersyukurlah kita jika masih bisa menahan diri untuk tidak bergemuruh saat saudara kita sedang beribadah 🙂

teman, mari kita bersyukur dengan mengucap ALHAMDULILLAH. bersyukurlah jika mulut kita masih BISA DAN MAMPU mengucap nama-nama Allah dengan spontan di setiap tingkah laku kita. dengan begitu, yakinlah, insyaAllah Allah bersama kita 🙂

dan pada akhirnya, nikmat terbesar dalam hidup kita, nikmat iman Islam. teman, mari kita bersyukur dengan mengucap ALHAMDULILLAH. segala puji bagi Allah. inilah yang saya yakini, inilah yang saya imani. bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS Al-Kafirun: 6)

Fabi’ayyi ‘ala’i robbikuma tukadzdziban, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

semoga saya tidak semakin jauh dariNya, amin ya Allah ya Rabbal’alamin…

 

-febrinayw-

Posted in mendekatkan diri pada-Nya | Leave a comment

persembahanku untuk CINTAKU

SAYANG…

aku lemah

aku rentan

semua ini selalu membebaniku

semua hal sejak aku masih belum mengerti perasaan

belum mengerti pertahanan diri

dan belum mengerti harga diri

sekarang

setelah kini aku mengerti

ingin rasanya aku marah, pergi, dan lari dari semua ini

tapi beruntung KAMU ada di sini

SAYANG…

ENGKAU menguatkanku

aku sangat bersyukur dan berterimakasih memiliki KAMU

ENGKAU yang selalu ada untukku

ENGKAU yang tidak pernah pergi dari hatiku

sekalipun aku begitu sering mengkhianati KAMU

SAYANG…

saat aku semakin terpuruk

betapa aku sadar ENGKAU satu-satunya penyelamatku

terimakasih untuk semua persembahan KAMU untukku

aku sungguh mencintai KAMU

mencintai KAMU karena KAMU

terimakasih CINTA

terimakasih TUHAN

terimakasih ALLAH SWT

-febrinayw-

di sela rapat jum’at

sumber gambar: http://hadidot.wordpress.com/2010/08/26/keluarga-allah/

Posted in mendekatkan diri pada-Nya | Leave a comment

kenapa saya tidak ingin menunda-nunda pernikahan

tulisan ini sudah lama saya buat, hanya baru sekarang saya share di sini, selamat membaca untuk yang baru berkunjung 🙂

Umur saya saat menulis notes ini 24 tahun lebih 2 bulan…bagi sebagian bahkan mungkin banyak orang, usia saya ini masih ‘muda’ untuk menikah. Ada yang beralasan, jadi ‘orang’ dulu lah, ada yang bilang ‘jangan mikirin diri sendiri, balas budi dulu sama orang tua’, bahkan beberapa teman bertanya ‘emang lu siap dengan segala tetek bengek berumahtangga?’…

Hal paling pertama yang saya ungkapkan saat pendapat dan petanyaan itu menghujani saya adalah ‘saya yakin dan percaya, niat baik insyaAllah ada jalannya’. Niat dan keinginan saya untuk segera menikah bukan tanpa alasan, walau mungkin alasan yang sederhana. Ya, saya hanya ingin beribadah. Lho? Ibadah kan bukan hanya dengan menikah! Masih banyak cara lain untuk beribadah!

Memang, banyak sekali cara untuk beribadah, saya tau itu, tapi dalam hal ini saya pribadi (maaf jika bertentangan dengan Anda) melihat bahwa dengan menikah, semua hal bahkan sampai hal kecil pun bisa memiliki nilai ibadah. Saya sangat menantikan saat pagi hari menyiapkan sarapan untuk suami saya, lelaki pilihan saya, dan nantinya juga sarapan untuk anak-anak kami. Saya sangat menantikan saat sore hari membukakan pintu dan menyambut dengan senyum saat suami pulang dari mencari nafkah dan menyiapkan minuman yang akan kami nikmati bersama sambil berbincang. Bahkan membuatkan minuman pun bisa bernilai ibadah, bahkan mendengarkan ceritanya pun bisa jadi ibadah.

Dengan menikah pula bisa menjadi jalan untuk menjalani aktivitas yang lain dengan lebih serius dan khusyuk. Itulah awal langkah kita untuk bisa menjadi ‘orang’. Terlepas dari segala bentuk materi yang akan kita berikan sebagai bentuk balas budi untuk kedua orang tua kita, orang tua kita pasti bahagia jika melihat anaknya yang dulu manja bisa menjadi lebih mandiri dan bersikap lebih dewasa sejak menikah, dan pada saatnya kita ‘memberikan’ harta yang tak ternilai harganya bagi mereka, cucu…Sering kita mendengar ucapan ‘selamat, semoga langgeng sampai kakek-nenek’ saat sepasang mempelai menikah dan mungkin orang tua kita adalah salah satu pasangan yang dulu mendapat ucapan seperti itu, bisa dibayangkan betapa bahagianya mereka saat doa dari ucapan itu terkabul dengan hadirnya cucu mereka.

Tentang tetek bengek rumahtangga yang sering dijadikan momok menyeramkan saat dua orang hendak menikah, ini semua kembali pada pribadi masing-masing. Saya kembali pada penyataan awal saya ‘niat baik insyaAllah ada jalannya’, saya selalu yakin akan hal itu. Siapapun kita, kita punya Tuhan yang senantiasa melindungi kita.

Ini hanya sebuah notes tentang isi hati dan pikiran saya, mungkin berbeda dengan apa yang ada di hati dan pikiran Anda, Wallahu’alam…

-febrinayw-

Posted in mendekatkan diri pada-Nya | 1 Comment

padahal masih cukup jauh…

hmmm…

saat menulis ini masih menunggu mas pulang mudik (lama banget sih mas mudiknya?). mentang-mentang ‘pengangguran’, si mas memanfaatkan waktu ini untuk berleha-leha di tanah airnya, SOLO the spirit of java! hehehe…tapi gpp deh, berbakti pada babe dan mamak ya mas! naik genteng, betulin talang, nyangkul untuk nanam pepaya, antar-jemput, semoga Allah membalas budi baik mas 🙂


akhirnya, tanggal penting sudah didapat (jangan harap saya share di sini sekarang ya). masih cukup banyak waktu sebenarnya, tapi saya sangat antusias dan bersemangat. hari ini saya berhasil menuangkan isi kepala saya ke dalam bentuk draft design undangan, ada saudara yang berbaik hati menerima permintaan tolong saya untuk membuatny menjadi (jauh) lebih sempurna! -si mas ngga tau tentang ini-. ceritanya mah mau saya jadikan suprise setelah jadi draft dari saudara saya itu, semoga saja mas tidak mencium aroma tulisan ini (mas kan tidak eksis di dunia maya), hehehe…


saya sangat menghormati perbedaan budaya kami, karenanya, saya punya segudang ide di kepala -gudang apa ya yang ukurannya seukuran otak saya yang mini?- tentang konsep hari penting kami nanti. semoga semuanya sesuai dengan rencana dan keinginan saya. doakan ya 🙂


-febrinayw-

Posted in KAMI | 2 Comments

kenalkan, Indra Rochmadi

tulisan ini saya buat atas dasar unek-unek di hati saya karena masih ada saja orang-orang yang menyinggung masa lalu saya dengan orang lain. hahaha…kalimat itu mungkin terdengar frontal, tapi tak apa, karena saya memang sudah kesal! 😉

jadi begini, saat ini saya sedang dekat dengan seorang lelaki. saya memanggilnya dengan sebutan ‘mas’, manis bukan? -terdengar   manut sekali saya- 🙂

saya mengenalnya sudah…-mengingat-…sudah lama! hehehe…saya mengenalnya dari teteh dan kakak ipar saya (thanks to them), mas teman dekat mereka, pertama kali bertemu ya di rumah saya. saya mau mengungkap sebuah rahasia di sini, hehehe…pertama kali ketemu itu, hati nakal saya berkata “manis!”, padahal waktu itu saya punya pacar, hehe… –maafkan saya mantan, cuma sekilas kok, sumpah deh!-. bertahun-tahun berlalu, kami ketemu lagi di rumah -padahal mah emang sering ketemu di rumah-, saya melibatkan diri di ruang tamu, lalu saya bilang “mas, jalan2 yuk, temenin rina, suntuk!” (saya sudah jomblo ya di sini, INGAT ITU!!!).

dari situ kami dekat, alasan klise, dekat sebagai kakak-adik. tapi saya adalah adik yang kurang ajar karena mengharapkan sesuatu yang lain dari kedekatan kami. hahaha, saya tidak menutupi kenyataan bahwa sayalah yang pertama memunculkan kobaran itu, walaupun banyak tolakan saya terima dari dia ;p

panjang cerita…sampai satu hari, pertanyaan yang sama sekali tidak saya duga keluar dari mulut mas -sumbernya dari hati tentunya-, “neng, bulan maret ke solo ya”, WHAT?! mas ngajak saya ke kampung halamannya? ketemu orang tuanya? ya Allah…saya benar-benar terkaget-kaget!

selang beberapa hari kemudian “neng, mau nikah kapan kita?”…SHOCK!!!…

bahkan pada akhirnya, 6 hari sebelum hari lamaran, saya masih harus terkejut dengan surprisenya yang mengatakan pada mama dan papa kalau orangtuanya mau datang hari minggu (11 Juli 2010), dia tidak berbicara rencana hal itu sebelumnya sama saya!

yup, begitulah mas, saya menyebutnya diam-diam menghanyutkan -menghanyutkan saya tentunya-. gombal ya? norak? gpp, saya hanya menunjukkan kebanggaan saya tehadapnya.

banyak hal yang saya banggakan dari mas. dia adalah orang yang punya jiwa sosial yang amat sangat tinggi. mas memang tidak fasih berbahasa asing, mas juga tidak begitu pintar di akademik, tapi mas pintar menjaga perasaan saya, mas cerdas dalam bersikap, dan mas juga punya wawasan yang luas -ini jawaban saya untuk anda yang mempertanyakan hal ini-. mas memang tidak kaya -saat ini-, tapi mas punya banyak lingkungan dekat yang berbeda-beda, mulai dari para peneliti, dosen, wirausahawan, pemuda-pemuda pintar, sampai orang-orang yang ngga jelas tujuan hidupnya yang suka kongkow2 di terminal mas punya kenalan, mas kaya di lingkungan sosial. satu hal yang paling membanggakan dari mas, menyelesaikan studi masternya dengan mandiri, belum punya pekerjaan tetap tapi tidak bergantung pada orangtua, walaupun masternya diraih setelah 4 tahun, tapi itu di atas kaki sendiri, i’m proud of you mas 🙂

ya Allah, semoga tulisan ini abadi, ngga akan pernah terhapus atau dengan sengaja saya hapus karena terjadi sesuatu di antara kami -naudzubillah-, amin…

terakhir, saya mohon doanya, kepada siapapun yang membaca tulisan ini, doakan kami ya, doakan saya dan calon suami saya, INDRA ROCHMADI 🙂

Posted in KAMI | 8 Comments